Kamis, 10 April 2014

DAHLAN JUGA MANUSIA

Diposting oleh Unknown di 20.14
RESENSI BUKU

Judul       : Dahlan Juga Manusia
Penulis    : Siti Nasyi’ah
Penerbit  : Elex Media Komputindo
Halaman : 283 Halaman
Perdana   : 2012


Dewasa ini semakin banyak buku yang membahas tentang kiprah Dahlan Iskan. Hal ini menandakan semakin naiknya popularitasnya di tengah kepercayaan pemerintah yang justru menurun. Dahlan Iskan seperti oase di padang yang gersang. Salah satu buku yang membahas Dahlan Iskan dengan menarik adalah buku karangan Siti Nasyi’ah. Seorang mantan wartawan Jawa Pos yang berhasil mengupas sosok Dahlan Iskan dari sisi lain.



Awalnya Siti Nasyi’ah, mahasiswa di Stikosa AWS mendapat tugas magang di Jawa Pos dengan inisial Ita. Namun, magangnya terus diperpanjang hingga kuliahnya molor. Dari situlah Ita mendapat pengalaman unik mengenal sosok Dahlan Iskan sebagai Bos di Jawa Pos. Mulai dari suara halilintar Pak Bos saat memanggil karyawannya, termasuk Ita. Pernah suatu ketika Ita dipanggil Pak Bos dan mendapat omelan tidak jelas. Ita sempat kebingungan, namun setelah Ita melihat Trio Bomber (Pak Hin, Pak MG, Pak MS) yang asik tidur di halaman pertama Ita menjadi tau bahwa omelan Pak Bos tersebut bentuk sindirannya kepada Trio Bomber yang suka tidur. Merasa terganggu, Trio Bomber mengasingkan Ita di meja paling depan. Mereka berpikir caranya akan berhasil karena meja Ita sudah dekat dengan ruangan Pak bos. Sayang cara itu sia-sia. Pak Bos tetap dengan suara halilintanya yang tanpa disadari bisa memopulerkan Ita.

Selama di meja depan, selain bertugas di pos hiburan ia juga menggantikan mbak Oemi menjadi sekretaris melayani para tamu yang datang. Namun, Ita jadi sering membayari ongkos ojek atau taksi yang dinaiki Pak Bos. Awalnya Ita menganggap wajar karena Pak Bos sering terburu-buru ketika turun dari ojek atau taksi, dan ia menganggap Pak Bos lupa membayar. Ternyata hal itu terjadi berkali-kali. Bentuk keusilan Pak Bos lainnya adalah ia sering mencuri makanan anak buahnya di kantor. Meskipun begitu, Pak Bos ternyata memiliki rasa kebersamaan yang tinggi. Misalnya teriakan “serbuuu” yang mengkode semua isi Mabes Karah Agung ketika makanan datang dan kebersamaannya saat makan bersama anak buahnya. Dalam kebersamaan itu, Pak Bos sering mengadakan rapat kecil yang menghasilkan fakta baru. Ternyata Pak Bos sangat mencintai kebersihan. Setiap malam ia sidak keliling kantor memunguti sampah-sampah agar kantor terlihat bersih dan sejuk.

Ita pernah ditugasi Pak Bos untuk mencari mobilnya yang entah ditinggal dimana dan Ita tidak berani menolak. Untungnya Ita bisa menyelesaikan tugasnya dengan bantuan sopir pribadi Pak Bos. Lama-lama Ita merasa sebal karena tugas itu tidak hanya sekali. Mengetahui Ita ngambek, Pak Bos turun tangan dengan memberinya lontong pecel. Akhirnya Ita tahu bahwa tugas tersebut sebagai ajang tes IQ untuk menghasilkan wartawan yang berinsting kuat dan bertindak tepat dalam menghadapi persoalan. Penampilan Pak Bos yang satu ini juga berbeda. Wajahnya yang dingin dan kesenangannya mengenakan sepatu kets dan kaos adalah ciri khasnya. Sampai-sampai penampilan Pak Bos sempat membuat Pak MG, wapimred menjadi keki ketika mendatangi undangan di Grahadi. Pernah suatu ketika Ita ditugasi mencuri sepatu kets Pak Bos oleh Trio Bomber. Takut-takut ia melakukan, sampai sepatu kets Pak Bos benar-benar hilang. Namun ternyata Pak Bos tetap menggunakan sepatu kets mirip dengan yang hilang.

Sebagai wartawan hiburan Ita mendapat tugas tambahan untuk meliput berbagai bidang. Salah satunya, organisasi Lions Club Surabaya (LCS) yang diikuti istri Pak Bos. Dari sini Ita menjadi lebih dekat dengan istri Pak Bos yang ia panggil Mamak Dahlan. Mamak Dahlan dikenal lebih rame dan supel, ia juga hobi memasak. Kedekatannya dengan Mamak Dahlan menjadikan Ita dekat dengan keluarga Pak Bos di Tenggilis. Salah satunya dengan ayah Pak Bos yang religius, Muhammad Iskan atau Mbah Ikan. Ita pun tertarik untuk mengetahui sosok Pak Bos langsung dari ayahnya. Setiap bertemu, Mbah Ikan selalu bercerita tentang masa lalunya. Getirnya kehidupan yang telah ia jalani sebagai tukang kayu bersama istrinya penganyam andal di Takeran hingga kisah Elan, panggilan Pak Bos waktu kecil ia ceritakan pada Ita. Banyak hal yang Ita ketahui tentang Pak Bos di masa kecil. Ketika kecil Elan terkenal keras kepala, ngeyel, usil, dan suka ngambek. Karena kemiskinan, Elan terpaksa kehilangan data kelahiran yang ditulis di almari, karena terpaksa dilego untuk pembelian obat ibunya. Namun, ibunya yang sakit tidak bisa tertolong lagi dan meninggal dunia, tahun 1963.

Semenjak itu, Elan diberi tanggung jawab penuh untuk menjaga adiknya, Zain. Kedekatannya dengan Zain membuat Elan sangat menyayangi Zain. Ia sangat ngemong dan rela mengalah demi Zain. Kemanapun Elan pergi pasti Zain ikut, ketika Elan menangis karena kambing yang ia gembala hilang, Zain juga ikut menangis. Bagaimanapun, Elan juga bisa lalai. Dulu ia pernah dimarahi bapaknya karena Zain jatuh dari pohon kelapa karena kelalaiannya. Elan juga sering tidur di sembarang tempat bersama Zain. Hingga akhirnya Elan berpisah dengan Zain karena merantau ke Samarinda ikut kakaknya, Mbak Khosiatun.

Pantas bila Pak Bos suka usil dengan karyawannya, karena itulah sifatnya dari kecil. Sifat keras kepalanya juga tidak hilang ketika memimpin Jawa Pos agar bisa mengungguli Surabaya Pos. Pak Bos memberikan doktrin kepada wartawannya agar dalam mencari berita tidak bersanding dengan wartawan dari media lain. Wartawan Jawa Pos juga tidak boleh menerima sogokan dari siapapun. Tujuannya agar mendapat berita yang eksklusif. Bukan hanya itu, Pak Bos juga turun langsung memimpin berita. Misalnya saja berita pemilihan walikota Surabaya. Pak Bos mmpunyai insting yang sangat bagus. Ia memerintahkan anak buahnya untuk mengupas berita dari sisi lain yang tidak disentuh wartawan media lain. Dampaknya, semua penghuni Mabes Karah Agung bekerja tanpa mengenal waktu, tanpa mengenal lelah.

Ita pernah menganggap bahwa Dahlan Iskan adalah bos terkejam sedunia. Selain pernah dihukum ditugaskan di Gresik hingga 3 tahun, Ita pernah disetrap tidak boleh pulang. Ia diminta untuk menemani Pak Bos melakukan proses editing pada malam hari. Segala bentuk kemarahan, petuah-petuah dari Pak Bos Ita dapatkan. Suatu malam Pak Bos meminta Ita agar dirinya tidak kalah dengan wartawan lain yang sudah sarjana. Kalimat itu memotivasi Ita untuk menjadi wartawan yang lebih baik. Hingga akhirnya Ita menemukan kasus besar, ‘Haji kok Nunut’ yang dimuat di halaman nasional. Bukan pujian yang ia dapatkan, melainkan pertanyaan Pak Bos mengenai kebenaran berita tersebut. Susah payah Ita mencari kebenaran berita, sampai ia tak tahan dengan berbagai teroran yang ia terima. Namun, berkat motivasi Pak Bos dan didikannya setiap malam, masalah Ita terselesaikan. Kini Ita sadar bahwa perlakuan Pak Bos setiap malam adalah pendidikan yang tak ternilai harganya. Selain berhasil mengungkap kasus ‘Haji kok Nunut’. Ita pernah menjadi juara 1 karya tulis jurnalistik Pemkot Surabaya yang membuat Pak Bos rela menjadi sopir pribadinya. Namun, itu saja tidak cukup untuk melebihi wartawan yang sudah sarjana. Ita harus tetap menjadi sarjana.

Pak Bos memang terkenal bandel. Sejak 1992, saat ia sedang sakit dan harus dirawat dirumah sakit, ia tetap bekerja. Semangatnya untuk bekerja membuatnya tidak merasakan bahwa ia sedang sakit. Pak Bos sering menghilang dari rumah sakit dan membuat pihak rumah sakit kebingungan. Jika begini, Mamak Dahlanlah yang bertindak. Mamak melarang siapapun menjenguk Pak Bos, tujuannya agar bisa beristirahat penuh dan tidak terhubung dengan rekan kantor. Hingga akhirnya operasi ganti hatinya berjalan dengan lancar pada tahun 2007. Kini Pak Bos terlihat lebih rapi dengan kemeja atau hem putihnya. Mungkin karena pengaruh liver barunya.

Sekarang Pak Bos telah menjadi menteri BUMN, namun ia tak mau disebut pejabat. Hal ini ditandai dengan emohnya Pak Bos duduk di kursi menteri dan penampilannya yang biasa saja. Ruang kerjanya tidak dipenuhi dengan fotonya, melainkan foto karyawannya yang berprestasi. Hal itu sebagai bentuk apresiasinya seperti di Jawa Pos dulu. Semangat kerja Pak Bos tidak pernah luntur. Tugas-tugas ia ambil sendiri di staf seketariat dan segera ia kerjakan. Selama ia menjadi menteri ia tidak mau menerima gaji dan tidak mau tinggal di rumah dinas. Perilaku anehnya itu membuat orang menilai salah terhadap Pak Bos. Kontra dari masyarakat kian menghangat ketika Pak Bos tidur di rumah petani, Brebes, Jawa Tengah. Namun, begitulah sosok Dahlan Iskan yang apa adanya dan selalu menarik dibahas dari sudut manapun.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
 

Una's Blog Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting