Gus
Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara, lahir 7 September 1940 di
Denanyar, Jombang, Jawa Timur dari K. H. Wahid Hasyim dan Ny. Hj. Sholehah. Gus
Dur mulai belajar mengaji bersama kakeknya, K. H. Hasyim Asy’ari. Lalu melanjutkan SD di Jakarta. Setelah itu, Gus
Dur dikirim ke Jogja meneruskan di SMEP sambil mondok di Pesantren Krapyak. Merasa
terkekang, Gus Dur ikut berdiskusi dengan Haji Junaidi, anggota Muhammadiyah. Setamat
dari SMEP Gus Dur melanjutkan di Pesantren Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah
selama 2 tahun.
Lalu Gus Dur kembali ke Jombang dan tinggal di Pesantren Tambak
Beras. 1963, Gus Dur menerima beasiswa
belajar di Universitas al-Azhar Kairo, Mesir. Namun ia kecewa karena
tidak langsung kuliah. Tahun 1966 ia diminta untuk mengulang studinya. Tahun 1971
Gus Dur ke Jerman dan Perancis sebelum kembali ke Indonesia tahun 1971.
Gus Dur
kembali ke Jakarta bergabung dengan LP3ES dan menjadi jurnalis di Tempo dan
Kompas. Pada 1974, Gus Dur menjadi guru di Pesantren Tambak beras. Pada 1977, ia
bergabung di Universitas Hasyim Asyari sebagai dekan Fakultas Praktik dan
Kepercayaan Islam. Lalu ia diminta berperan aktif menjalankan NU, awalnya
ditolak lalu diterima. Pengalam politiknya berawal dari kampanye pemilu
legislatif 1982 untuk PPP. Gus Dur ditugaskan NU untuk merespon isu Pancasila
sebagai ideologi pada 1983. Ia keluar dari PPP dan tahun 1984 dipilih menjadi
ketua PBNU. Pada 1987 ia menjadi anggota MPR dari Golkar. Gus Dur menjadi ketua
PBNU lagi pada 1989. Pada 1991, beberapa anggota ICMI meminta Gus Dur
bergabung, tapi ditolaknya. Pada 1991 Gus Dur melawan ICMI dengan membentuk
Forum Demokrasi. Menjelang Munas 1994, Gus Dur menominasikan diri untuk masa
jabatan ketiga, Soeharto menentangnya. Lalu Gus Dur beraliansi politik dengan Megawati.
Juli 1997 adalah awal krisis moneter, Soeharto mulai kehilangan kendali. Gus
Dur didorong melakukan reformasi dengan Megawati dan Amien, namun terkena stroke
(Januari 1998). Soeharto mundur pada 21 Mei 1998 digantikan Habibie. Gus Dur
mendirikan PKB, pada 7 Februari 1999 resmi menyatakan Gus Dur sebagai kandidat
presiden. 20 Oktober 1999 Gus Dur terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4 dan
wakilnya Megawati. Semasa pemerintahannya Gus Dur banyak melakukan reformasi. Diantaranya
membubarkan Departemen Penerangan dan Sosial, membuka hubungan diplomatik
dengan Israel, tahun baru imlek menjadi libur opsional (2001), dll. 23 Juli
2001, MPR menggantikan Gus Dur dengan Megawati Soekarno Puteri. Gus Dur wafat,
hari Rabu, 30 Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto Mangunkosumo, Jakarta, pukul
18.45 akibat berbagai komplikasi penyakit.
B.
Visi
dan Missi Gus Dur
Visi
dan missi Gus Dur adalah gigih mempertahankan pluralisme Indonesia serta
memperjuangkan perlindungan hak asasi masyarakat sipil dan hak kaum minoritas
yang penting dilakukan untuk menjaga eksistensi NKRI.
C.
Gus
Dur Tokoh Nasionalisme, Agama, dan Pluralisme
Presiden
RI keempat ini juga disebut ‘Kyai yang Presiden’. Hal itu karena ia berasal
dari Partai Islam, yaitu PKB. Sebelumnya ia aktif menjadi ketua NU Indonesia
yang mengurusi tentang agama. Selain itu, ia juga aktif dalam nasionalisme
dengan mengkritik rezin Soeharto. Idenya untuk mendirikan Partai Islam, PKB
bisa menghantarkannya menjadi preiden RI keempat. Gus Dur juga tokoh pluralisme
yang bertoleransi tinggi terhadap semua kalangan. Ia mempertahankan hak-hak
asasi manusia baik yang mayoritas maupun yang minoritas (masyarakat Tionghoa).
D.
Nilai-Nilai
yang Ada pada Diri Gus Dur
1. Ketauhidan
: sebagai ketutunan kyai Gus Dur mempunyai bekal agama yang kuat.
2. Kemanusiaan
: Gus Dur membiarkan Inul dengan goyang ngebornya dan peduli terhadak kaum
minoritas (Tionghoa) karena rasa kemanusiaannya yang tinggi.
3. Keadilan
: Gus Dur sangat adil terhadap rakyatnya termasuk pada kaum minoritas
(Tioghoa).
4. Persaudaraan
: Gus Dur mengunjungi Papua untuk meyakinkan para pemimpin papua dalam
menggunakan nama Papua.
5. Kesederhanaan
: meskipun keturunan ‘darah biru’ dan seorang presiden RI tapi Gus Dur tetap
sederhana dalam hidupnya.
6. Ksatria
: Gus Dur memohon maaf kepada semua korban yang dituduh sebagai PKI.
7. Kearifan
lokal : Gus Dur selalu percaya diri dengan pemikirannya kemanapun dan
dimanapun.
E.
Saran
Dengan
gaya yang tidak mau ambil repot, di masa kini sebaiknya Gus Dur bisa lebih
menerapkan ilmu agamanya dalam pemerintahan. Mengingat masyarakat Indonesia
yang sudah terpengaruh oleh budaya barat yang kurang baik.
F.
Kata
Mutiara
“Tidak
penting apapun agamamu atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik
untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu”.
“Tidak
ada jabatan di dunia ini yang perlu dipertahankan mati-matian”.
0 komentar:
Posting Komentar